|
Friday, February 20, 2009
Putriani Mulyadi
Moral kontemporer, sebuah paradigma yang tengah berlangsung dalam era sekarang. Istilah yang masih asing, namun apabila dikaji lebih dalam, maka akan kita temui aspek-aspek yang membuat kita tersadar betapa jaman sudah berubah, sudah berkembang menjadi sesuatu yang jauh lebih mudah. Kemudahan ini berupa imbas dari perkembangan teknologi yang cukup pesat hingga memfasilitasi berbagai hal, sehingga menimbulkan habitat yang praktis. Kemudahan-kemudahan ini yang saya pikir menyebabkan moral bangsa, terutama generasi muda, menjadi generasi yang cenderung mengikuti budaya popular. Mereka mengalami pengikisan moral, karena mereka terlanjur mengalami fasilitas yang sifatnya mempermudah. Sehingga mereka terbiasa hidup dengan pragmatis. Inilah yang saya anggap sebagai moral kontemporer bagi generasi muda. Moral kontemporer ini sebenarnya juga tak lepas dari pengaruh media massa yang terus menerus memberikan provokasi atas kemudahan itu sendiri. Generasi muda secara tidak langsung menjadi pelaku konsumsi dari kemudahan-kemudahan yang ditawarkan dalam jumlah banyak. Salah satunya adalah fashion, bukan berupa kemudahan, namun berkaitan dengan budaya pop yang selalu berlangsung hingga saat ini. Hampir seluruh generasi muda, yang menjadi korban dalam penyebaran budaya pop, terlihat seragam dalam bentuk visual. Mereka menjadi konsumtif demi mencapai kepuasan diri. Dalam hal ini, mereka seperti kehilangan identitas, karena hanya mengikuti apa yang sedang diminati (atau sebut saja, sengaja diadakan agar diminati masyarakat). Masalah tersebut lah yang menjadi latar belakang saya dalam membuat karya ini. Karya saya merupakan narasi personal atas masalah yang saya sebut dalam paragraf sebelumnya. Saya menyikapi fenomena tersebut secara abstain, tidak mengikuti arus atau tren yang berlangsung, namun juga tidak memamer-mamerkan identitas. Karya saya berupa figur perempuan, telanjang, bertubuh kurus, dan gesturnya membungkuk dengan tangan menutup wajah. Teknik cetak resin, dengan finishing cat akrilik putih. Figur ini merupakan perwakilan saya sebagai narator. Saya bersikap netral terhadap fenomena tren di kalangan masyarakat, terutama perempuan. Telanjang, sebagai bentuk representasi saya yang tidak memihak tren manapun. Ketelanjangan ini merupakan bahasa simbolis untuk menerjemahkan kenetralan saya yang tidak mengikuti tren fashion tersebut. Mengenai posenya yang menutup wajah dengan kedua tangan, lagi-lagi sebagai bentuk simbolis untuk membicarakan ketidak pedulian saya terhadap fenomena tersebut, menutup mata agar tidak melihat. Labels: Putriani Mulyadi |