|
Friday, February 20, 2009
Rifqi Sukma
Dua kebudayaan besar di dunia yaitu Timur dan Barat yang keduanya saling mempengaruhi, seperti diketahui bahwa masyarakat barat sangat menjunjung tinggi rasionalitas (segala sesuatu diukur melalui pendekatan panca indra dan empiris), sedang masyarakat timur menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual, proses akulturasi ini memberikan dampak yang sama-sama kuat bagi keduanya, dari kacamata barat spiritual dianggap sebagai sesuatu yang kuno, eksotik, terbelakang, dan lainnya karena tidak bisa dipahami secara rasional, akhirnya dianggap “masih”’ mistis, klenik dan “belum” rasional, sedang bagi masyarakat Timur rasional menjauhkan mereka dari kehidupan spiritual atau ekstrimnya orang barat tidak percaya “Tuhan”, bagi orang Timur segala sesuatu tidak hanya diukur dari empiris, mereka percaya dengan adanya “energi” di luar panca indera yang memberikan kehidupan atau ruh, sehingga di dunia Timur banyak ritual-ritual dilakukan. Globalisasi mempertemukan dua kebudayaan tersebut, yang berdampak bagi masing-masing kebudayaan, baik positif maupun negative, orang-orang Barat banyak yang mengadopsi budaya Timur sebagai gaya hidup, mereka menggunakan spirit Timur dalam kesehariannya., misalnya: hampir 10 tahun ini ekspor kerajinan dari Indonesia bernuansa Timur meningkat, banyak orang Barat yang memeluk agama atau kepercayaan dari Timur, dan lainnya. Sedangkan orang Timur banyak mengadopsi budaya Barat, dari pakaian, ilmu pengetahuan, politik, gaya hidup, dan lainnya. Pertemuan tersebut secara tidak langsung memberikan dampak pada keduanya, orang Timur merasa resah jika kebudayaan Barat akan menghilangkan kebudayaan lokal Timur, begitu pula sebaliknya, akhirnya muncul sikap menerima tetapi menolak atau ambivalen, di satu sisi menguntungkan disatu sisi merugikan. Hal itulah yang melatarbelakangi karya saya, kebudayaan Barat saya gambarkan dengan bath up, bath up bagi orang barat adalah tempat untuk mandi dan membersihkan tubuh, seiring perkembangan jaman, maka fungsi mandipun berkembang, mandi tidak lagi menjadi sebuah aktifitas yang menjemukan, kreatifitas muncul menjadikan mandi tidak hanya sebuah rutinitas diguyur air kemudian disabun terus dibilas, namun menjadi sebuah kegiatan rekreasi yang menyenangkan bagi sebagian orang, munculah ‘perlombaan” untuk menyediakan fasilitas mandi yang bagus dan nyaman di rumahnya, sehingga ketika memasuki ruang mandi maka seseorang bisa menikmati dan melakukan berbagai aktifitas, bisa berkumpul dengan keluarga, bisa menemui klien atau melakukan transaksi bisnis, dan lainnya. Seperti terjadi di kota-kota besar, banyak muncul gerai-gerai yang menawarkan jasa “memandikan” dengan fasilitas dan pelayanan yang memanjakan konsumen berdalih untuk kesehatan dan kecantikan. Mandi akhirnya menjadi sesuatu yang menunjukan status sosial seseorang. Sedangkan kebudayaan Timur saya gambarkan dengan koin China, Awalnya koin china (I Ching) adalah alat tukar atau berfungsi sebagai mata uang, seiring dengan perkembangan jaman maka fungsinya bergeser menjadi sebuah symbol kekayaan, kemakmuran dan keberuntungan, oleh masyarakat china kemudian dipergunakan sebagai hadiah pada acara perkawinan, tahun baru china, dan acara lainnya, bentuknya yang bundar dan terdapat kotak ditengah yang berlobang merupakan representasi dari langit dan bumi yang menyimbolkan keseimbangan dan keselarasan. Orang percaya bahwa koin ini akan membawa keberuntungan dan kemakmuran bagi pemiliknya. Saya membayangkan Globalisasi bagaikan sebuah sofa (tempat duduk) yang bergerak, dan setiap orang boleh duduk dan menikmati diatasnya. Maka saya membuat sebuah sofa dari bath up dengan kaki koin china yang berbentuk roda, Ini adalah proses perputaran dan pejalanan sebuah kebudayaan dunia, antara Barat dan Timur keduanya saling mengisi dan melengkapi, saling dipengaruhi dan terpengaruh, saling menguntungkan dan merugikan, yang keduanya berjalan bersama-sama seimbang…., mau dibawa kemanakah perputaran roda tersebut? Labels: Rifqi Sukma |